Postingan

Mengapa banyak peneliti yang melakukan penelitian di bantaran sungai?

Mengapa banyak peneliti yang melakukan penelitian di bantaran sungai? - Banyak para peneliti manusia purba yang meneliti atau mencari-cari fosil manusia purba, berbagai tempatpun dikunjungi mulai dari gua, pegunungan hingga sungai. Namun kebanyakan para peneliti mencari daerah-daerah sekitar sungai, mengapa demikian? Sungai adalah sumber air bagi manusia, disana selain terdapat air yang bisa diminum/dimasak juga ada ekosistem air seperti ikan yang bisa dimakan. Selain itu, di bantaran sungat juga dikenal memiliki tanah yang subur dengan kebutuhan air yang melimpah. Sehingga mendukung mereka untuk bercocok tanam. Karena itulah kebanyakan manusia tinggal di bantaran sungai. Dengan anggapan seperti itu,  banyak peneliti mengira bahwa tempat pemakamam manusia purba tidak jauh dari tempat tinggalnya. Dengan kata lain bantaran sungat dimungkinkan kita bisa menemukan jejak-jejak kehidupan manusia purba.  Sumber referensi dari artikel website di internet ang berjudul : Men

Sebutkan langkah-langkah Sriwijaya dalam mengembangkan agama Budha

Soal : Sebutkan langkah-langkah sriwijaya dalam mengembangkan agama Budha Jawaban : Sriwijaya adalah salah satu kerajaan Budha di Indonesia, kerajaan ini berdiri pada abad ke-7 Masehi dan terletak di wilayah Sumatra. Salah satu bukti bahwa kerajaan Sriwijaya mengembangkan agama Budha adalah adanya prasasti Nelanda. Dalam prasasti tersebut disebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa dari Nalanda, India telah membebaskan lima buah desa dari pajak. Sebagai imbalannya, maka kelima desa itu wajib membiayai para mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan Nalanda.  Hubungan dengan Nelanda ini merupakan salah satu langkah Sriwijaya dalam mengembangkan agama Budha, yaitu dengan mengirimkan banyak bhiksu dari Kerajaan Sriwijaya untuk belajar agama Buddha di perguruan tinggi Nalanda. Majunya agama Buddha di Kerajaan Sriwijaya ini bahkan menjadikan Sriwijaya sebagai pusat pengajaran ajaran buddha di Asia Tenggara. Sejumlah ahli juga berpendapat bahwa Raja-Raja

5 Prasasti Kerajaan Sriwijaya Sebagai Sumber Sejarah

Sejak permulaan tarikh Masehi, hubungan dagang antara, India dengan Kepulauan Indonesia sudah ramai. Daerah pantai timur Sumatra menjadi jalur perdagangan yang ramai dikunjungi para pedagang. Kemudian, muncul pusat-pusat perdagangan yang berkembang menjadi pusat kerajaan. Kerajaan-kerajaan kecil di pantai Sumatra bagian timur sekitar abad ke- 7, antara lain Tulangbawang, Melayu, dan Sriwijaya. Dari ketiga kerajaan itu, yang kemudian berhasil berkembang dan mencapai kejayaannya adalah Sriwijaya. Kerajaan Melayu juga sempat berkembang, dengan pusatnya di Jambi. Pada tahun 692 M, Sriwijaya mengadakan ekspansi ke daerah sekitar Melayu. Melayu dapat ditaklukkan dan berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Letak pusat Kerajaan Sriwijaya ada berbagai pendapat. Ada yang berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya ada di Palembang, ada yang berpendapat di Jambi, bahkan ada yang berpendapat di luar Indonesia. Akan tetapi, pendapat yang banyak didukung oleh para ahli, pusat Kerajaan Sriwijaya be

Sedikit Gambaran Tentang Kerajaan Kalingga

 Kerajaan Kalingga Ratu Sima adalah penguasa di Kerajaan Kalingga. Ia digambarkan sebagai seorang pemimpin wanita yang tegas dan taat terhadap peraturan yang berlaku dalam kerajaan itu. Kerajaan Kalingga atau Holing, diperkirakan terletak di Jawa bagian tengah. Nama Kalingga berasal dari Kalinga, nama sebuah kerajaan di India Selatan. Menurut berita Cina, di sebelah timur Kalingga ada Po-li (Bali sekarang), di sebelah barat Kalingga terdapat To-po-Teng (Sumatra). Sementara di sebelah utara Kalingga terdapat Chen-la (Kamboja) dan sebelah selatan berbatasan dengan samudra. Oleh karena itu, lokasi Kerajaan Kalingga diperkirakan terletak di Kecamatan Keling,  Jepara, Jawa Tengah atau di sebelah utara Gunung Muria. Sumber utama mengenai Kerajaan Kalingga adalah berita Cina, misalnya berita dari Dinasti T’ang. Sumber lain adalah Prasasti Tuk Mas di lereng Gunung Merbabu. Melalui berita Cina, banyak hal yang kita ketahui tentang perkembangan Kerajaan Kalingga dan kehidupan masyarakatnya.

Manusia Purba Sebelum Mengenal Tulisan (Pra-Aksara)

Manusia Purba Sebelum Mengenal Tulisan (Pra-Aksara) - Manusia purba tidak mengenal tulisan dalam kebudayaannya. Periode kehidupan ini dikenal dengan zaman pra-aksara. Masa praaksara berlangsung sangat lama jauh melebihi periode kehidupan manusia yang sudah mengenal tulisan. Oleh karena itu, untuk dapat memahami perkembangan kehidupan manusia pada zaman pra-aksara kita perlu mengenali tahapan-tahapannya. Sebelum mengenali tahapan-tahapan atau pembabakan perkembangan kehidupan dan kebudayaan zaman pra-aksara, perlu kamu ketahui lebih dalam apa yang dimaksud zaman pra-aksara. Pra-aksara adalah istilah untuk menggantikan istilah prasejarah.  Penggunaan istilah prasejarah untuk menggambarkan perkembangan kehidupan dan budaya manusia saat belum mengenal tulisan adalah kurang tepat. Pra berarti sebelum dan sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lalu yang berhubungan dengan aktifitas dan perilaku manusia, sehingga prasejarah berarti sebelum ada sejarah. Sebelum ada sejarah berart

Prasasti-Prasasti Kerajaan Tarumanegara

1. Prasasti Tugu Inskripsi tersebut isinya sebagai berikut: “Dulu (kali yang bernama) Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan mempunyai lengan kencang dan kuat, (yakni Raja Purnawarman), untuk mengalirkannya ke laut, setelah (kali ini) sampai di istana kerajaan yang termashur. Pada tahun ke-22 dari tahta Yang Mulia Raja Purnawarman yang berkilauan-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji segala raja, (maka sekarang) beliau memerintahkan pula menggali kali yang permai dan berair jernih, Gomati namanya, seteleh kali itu mengalir di tengah-tengah tanah kediaman Yang Mulia Sang Pandeta Nenekda (Sang Purnawarman). Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, tanggal delapan paroh gelap bulan Phalguna dan selesai pada tanggal 13 paroh terang bulan Caitra, jadi hanya dalam 21 hari saja, sedang galian itu panjangnya 6.122 busur (± 11 km). Selamatan baginya dilakukan oleh brahmana disertai persembahan 1.000 ekor sapi”.